KEBHINEKAAN

image : nu.or.id
 
KEBHINEKAAN
Oleh Agus JP

Aku terlahir di negara ini yang memang tidak bisa aku pilih dahulunya sebelum aku terlahir. Hingga terlahirlah aku dengan disambut senyum ceria ayah ibuku di negeri yang bernama Indonesia ini. Suatu negeri yang memplokamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Suatu negeri yang terdiri dari ribuan pulau. Suatu negeri yang terdiri dari banyak sekali suku-sukunya, hingga aku memang tidak bisa menghafalnya semua. Suatu negeri yang memiliki banyak kebudayaan, hingga aku bahkan sering takjub dengan keanekaragamannya.

Seiring aku yang mulai beranjak dalam masa sekolah. Tepatnya pada sekolah dasar, aku mulai mengenal kata-kata Bhineka Tunggal Ika. Suatu kalimat yang kurang lebih selalu tertanam dalam ingatanku dengan mempunyai arti "Berbeda-beda tetapi tetap satu". Negeriku sudah menyatakan dengan jelas telah mengakui banyaknya perbedaan yang ada. Namun dengan ditekankan bahwa kita semua sebagai warga negaranya adalah satu kesatuan. Kesatuan dari berbagai macam suku, ras, budaya, etnis, dan lain-lain. Bersatu dalam nama Indonesia.

Sungguh hebat orang yang menemukan kalimat Bhineka Tunggal Ika itu. Ternyata kalimat tersebut telah ada sebelum Indonesia merdeka. Sebelum negaraku ini lahir. Kalimat itu berasal dari sosok Empu Tantular, dalam bukunya "Sutasoma". Ia adalah sosok pada masa Kerajaan Majapahit. Sebuah kerajaan besar di Nusantara pada zaman dahulu. Jadilah aku berfikir, bahwa nenek moyangku dahulu juga sudah memikiran tentang persatuan karena menyadari adanya berbagai perbedaan. Sekalipun ia mungkin belum terlintas untuk memikirkan nama "Indonesia", namun jelas sosoknya telah menekankan persatuan bangsa.

Sekarang ini, banyak sekali orang yang menanyakan kebhinekaan itu. Saling memperdebatkan disana sini. Lalu sering pula diadakan berbagai acara untuk menjaga kebhinekaan itu agar tetap menjadi keberagaman yang tetap menyatu. Hal itu mungkin terjadi karena sekarang ini ada berbagai kelompok yang saling singgung, saling sindir, saling senggol karena perbedaan yang dimilikinya. Merasa kelompoknya paling benar, lalu menganggap kelompok lain itu salah. Menganggap golongannya itu paling baik, lalu menganggap golongan yang lain itu tidak sebanding dengannya. Memang sih, di dunia ini ada yang paling baik dan tidak. Ada yang lebih baik dan tidak. Namun hal itu seharusnya tidak menyemangati diri kita untuk terlalu membanggakan kepercayaan yang kita miliki, lalu merendahkan kepercayaan orang lain. Biarlah semuanya berjalan dengan tanpa klaim paling hebat, terkadang memang suatu hal itu tidak perlu diperdebatkan mana yang lebih atau tidak. Agar semua pihak bisa merasa senang. Seperti halnya saati ditanya, "Siapa yang lebih kamu cintai? Ibumu atau Istrimu atau anakmu?". Tentu diantaranya ada yang lebih kita cinta, namun tidak perlu diperdebatkan. Agar semua anggota keluarga itu tidak ada yang merasa dinomersekiankan.

Aku tidak ingin di negeriku ini terjadi sebuah konflik berkepanjangan seperti halnya yang terjadi di negeri-negeri yang sekarang di dalamnya sedang saling berebut "Klaim siapa yang paling benar / Siapa yang paling hebat / Siapa yang paling kuat." Karena kita bisa mengetahui sendiri, saat kita berkelahi dengan saudara kita sendiri. Sosok yang kalah akan terluka, sosok yang menang pun tak lepas dari sebuah luka. Akhirnya semunya terluka. Kadang aku berpikir, mengapa terkadang terjadi gesekan antar kelompok di negaraku ini. Sering kali aku lihat di dunia maya, orang yang saling ejek, orang yang saling bully, bahkan orang yang saling hujat. Entah itu akun-akun palsu, entah itu hanyalah akun-akun hoax, yang jelas banyak teman-teman dan orang-orang di sekitarku yang ikut pula terpancing di dalamnya.

Mungkin diri kita harus mengingat lagi tentang seorang Gajah Mada, sosok yang terkenal dengan sumpah Palapanya. Sosok yang tidak ingin bersenang-senang terdahulu sebelum bisa menyatukan Nusantara. Ia adalah nenek moyang kita yang mempunyai semangat persatuan. Menyadari bahwa memang persatuan itulah yang akan menjadikan kekuatan yang besar. Kekuatan yang besar bukan karena kita yang ingin menempatkan kelompok kita di atas kelompok orang lain. Kita sudah sangat paham, dahulu bangsa ini pernah dijajah untuk sekian lama, salah satunya karena kurangnya persatuan dan kesatuan. Aku dahulu juga pernah bertanya-tanya, mengapa bangsa kita yang berjumlah ratusan juta, mengapa bisa terjajah oleh orang-orang yang berjumlah ratusan ribu saja pada saat itu. Ya, jawabannya karena memang saat itu kita terpecah belah. Terpecah ini dan itu, terpecah golongan ini dan itu, terpecah daerah ini dan itu.

Kita tentu tidak ingin bangsa ini akan terjajah kembali. Lebih tepatnya bukan dijajah bangsa lain, namun kita malah saling menjajah bangsa sendiri. Siapapun kelompok yang lebih besar, bukan berarti memaksa kelompok lain untuk tertunduk olehnya. Siapapun kelompok yang lebih mayoritas, bukan berarti memaksa kelompok minoritas untuk tunduk kepadanya. Bangsa ini memang besar karena keberagamannya, perbedaan inilah yang memang membuat negara ini serasa menjadi negeri terkaya kebudayaannya di dunia. Hal itulah yang saat ini begitu membuatku sangat bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Bangsa ini memang begitu Indah dengan berbagai warnanya, seperti halnya pelangi. Pelangi yang nampak indah dengan perpaduan berbagai warna yang ada. Namun jika pelangi itu hanya tinggal satu warna, niscaya keindahan itu tidak bisa terlihat lagi.

Semoga semua kelompok, semua golongan, semua yang ada menjadi komponen bangsa ini tetap menjaganya. Biarlah orang yang suka memicu pertentangan dan memperdebatkan perbedaan itu hilang dengan sendirinya. Bangsa ini aku ibaratkan sebagai sebuah ember yang berisi air yang begitu bening. Lalu ada sedikit butiran debu di dalamnya yang kotor. Air itu akan tetap bening, jika debu itu dibiarkan mengendap. Kecuali jika kita malah begitu mempersoalkan debu-debu kotor itu, malah mengaduk airnya, malah mengobok-obok airnya. Niscaya air dalam ember akan jadi keruh, karena debu-debu itu akhirnya bertebaran dimana-mana mengeruhkan air yang ada. Biarlah debu itu mengendap, terkadang mereka memang naik ke permukaan. Terkadang memang mereka memancing-mancing masalah. Janganlah diri kita ikut-ikutan untuk menjadi sosok yang mengobok-oboknya. Bisa jadi malah sebenarnya ada orang yang berada di luar ember, seseorang yang akan bertepuk tangan sambil memasukan segenggam debu tambahan untuk menambah keruhnya ember.

Salam Persatuan, Bhineka Tunggal Ika
*Catatan Pelajar Desa

0 Response to "KEBHINEKAAN"

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari Blog Mas Agus JP Melalui Email Anda.