JIKA KITA SEPERTI MEREKA



JIKA KITA SEPERTI MEREKA

Hari selasa lalu, aku dan teman-temanku dari bidikmisi Fakultas Ekonomi berkunjung ke panti asuhan Ar-Rifdah didesa Tlogomulyo Semarang. Dihari terakhir bulan sa’ban itu kami meluangkan waktu datang kepanti tempat mengasuh anak-anak yang mengalami cacat ganda.
Sampai disana sungguh sambutan yang luar biasa dari anak-anak itu, mereka sangat bahagia sekali akan kedatangan kami. Tapi sebenarnya aku kaget ternyata mereka yang aku datangi tak sekebayang difikiranku tentang kondisi anak-anak itu. Benar-benar membuatku terdiam sejenak beberapa menit. Mereka ada yang cacat fisik, ada yang secara mental juga tidak tumbuh seperti anak normal. Ada yang gak bisa jalan, ada yang hanya bisa diranjang, ada yang tuna wicara, tuna rungu dan banyak yang lebih memperihatinkan lagi. Seketika aku berfikir beruntungnya aku yang terlahir tanpa cacat sedikitpun, tapi selama ini masih saja merasa kurang bersyukur terhadap karunia tubuh yang luar biasa normal ini. Harusnya kita yang normal dapat selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki.


Disambut oleh jabatan dan pelukan dari seorang anak, aku pun kaget tapi langsung aku tatap wajahnya. Terlihat senyum begitu cerianya ia, tapi aku sadari anak ini tidak tumbuh normal seperti yang lain. Wajah nan lugu tapi ceria dari anak yang kira-kira berumur 9 tahun. Hati ini serasa terenyuh sekali merasakan seperti ini, aku pun memeluk kembali anak itu erat-erat menandakan aku juga senang dipeluknya. Berbarengan dengan itu kawan-kawanku yang lain pun mulai disalami anak-anak yang lain dan digandengnya masuk kedalam ruangan mereka.
Didalam ruangan sekitar 6 kali 12 meter itulah anak-anak dipanti asuhan yang sekarang yang diketuai oleh ibu Rahma Faradilla itu tinggal dan bermain dalam suatu ruangan. Semakin didalam semakin aku

lihat anak-anak itu. Tapi hanya sedikit yang bisa berinteraksi dengan kami. Hanya dua tiga anak yang mampu berbicara seperti kami. Yang lain memakai bahasa isyarat. Kdua kalinya aku merasa beruntung lagi bahwa aku bisa berbicara lancer seperti ini. Melihat mereka seperti itu serasa aku dilahirkan lebih dispesialkan oleh Allah dari mereka. Harusnya aku harus banyak-banyak bersyukur lagi.

Waktu berjalan dan berlalu, canda tawa mengiringi kebersamaan kami disana. Melihat mereka bisa tersenyum dan tertawa sungguh kebahagiaan yang sangat luar biasa bagiku mungkin juga bagi temanku-temanku yang ikut saat itu. Beginilah mungkin Allah menunjukanku bahwa kasih sayang Allah itu untuk semua makhluknya, kebahagiaan itu untuk siapa saja. Mereka yang notabene serba kekurangan menurutku saja sudah bahagia seperti itu. Kenapa kita tidak bahagia dengan hidup yang kita miliki. Selama ini banyak aku mendengar orang yang selalu mengeluh dan mengeluh terhadap hidupnya, mereka yang seperti menegur Tuhan dalam ucapan dan doanya. Ahh kenapa begini, ah kenapa aku tak sperti yang lain, ahhh kenapa aku dan ahhh yang lain-lain. Itulah rancauan manusia yang sering kali tak merasa bahagia dalam hidupnya.


Selama disana aku juga berfikir betapa mulia dan tulusnya orang yang mendirikan panti asuhan itu. Disaat zaman seperti ini, masa dimana sebagaian besar orang lebih mengurusi dirinya sendiri tapi ternyata masih ada orang yang peduli dengan nasib anak-anak yang dilahirkan dengan cacat ganda itu. Dengan sabar merawat dan mendidik mereka. Terus pertanyaannya apakah aku bisa seperti pendiri panti asuhan itu, apakah kita mau ???. Kita kepada teman saja masih sering mencari untungnya saja jika mau menolong, apakah mau berbuat setulus itu. Sungguh aku pun iri dengan pendiri dan pengurus panti asuhan itu, iri dengan ketulusan dan kebaikan yang mereka miliki. Terlihat rasa lelah terpancar dari raut wajah pengurus-pengurusnya itu, tapi senyum simpul tetap terpancar saat merawat anak-anak asuhannya itu.


Banya pelajaran yang aku dapatkan dihari itu, banyak sekali yang tak bisa aku utarakan semuanya dalam tulisan ini. Tapi diantaranya yang paling mengena adalah betapa kita seharusnya sangat harus selalu mensyukuri apapun keadaan kita, mensyukuri apa yang kita miliki, tak banyak mengeluh terhadapa apa-apa yang diberikan pada kita dan alangkah mulianya kita jika mau peduli terhadap sesama.

Pengalaman berharga berkunjung kepanti asuhan Ar-rifdah desa Tlogomulyo Semarang, bersama teman-teman yang sangat istimewa mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi Unnes : Fitri, uman, zava, efri, mei, nying, yana, dian dan muhdi.

0 Response to "JIKA KITA SEPERTI MEREKA"

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari Blog Mas Agus JP Melalui Email Anda.