PERKELAHIAN DI SEKOLAH, KU TAK SUKA.
Edisi SMA-
Teringat Duhulu, kala aku
bersekolah di MA Miftahul Ulum. Hal yang sangat buatku tak suka adalah melihat
siswa yang saling berkelahi. Tapi itu justru sering aku lihat disekolaku, baik
mulai sekolah dasar, MTs maupun saat itu juga di MA Miftahul Ulum. Dikala SD
temen-temenku juga sangat suka berantem, baik dengan teman sendiri maupun
dengan SD lain. Di MTs terulang lagi begitupun saat itu kala di MA. Kala
melihat perkelahian rasanya langsung deg dihati. Benar-benar miris melihatnya.
Hingga sering aku menghindari jika ada perkelahian atau tawuran antar geng.
Tapi kadang kala jika itu teman-temanku sendiri yang saling berkelahi aku
justru langsung melerainya.
Perkelahian, tawuran, berantem
dan apa lagi istilahnya. Kenapa itu terjadi dan itu amat disukai didaerahku,
aku juga bingung memikirkannya. Seolah telah menjadi budaya yang telah melekat
pada diri para remaja didaerahku bahkan banyak orang tua atau dewasa pun belum
tobat dari perbuatan setan tersebut. Tapi paling rentan memang diusia sekolah.
Padahal kadang jika aku cari tahu masalah penyebabnya kadang Cuma sepele. Memang
masa muda itu benar kata-kata dari Roma Irama itu, darah muda darah yang
berapi-api yang maunya menang sendiri walau salah tak peduli.
Teringat dulu saat di MA,
beberapa temanku saling berantem hanya karena seorang cewek. Persoalanya
padahal
ya karena salah paham dan terlihat ke-sok-protektifan padahal itu hanya untuk kata “pacar”. Dua cowok yang beradu kekuatan saling pukul sampai ada yang terjatuh atau hingga babak belur, baru perkelahian itu berhenti. Belum lagi kala jika dua orang yang berkelahi itu membawa gengnya masing-masing, jadinya ya pesta pukulan dalam tawuran. Dan kebetulan pada saat itu baru ngetren-ngetrennya acara Smack Down. Ya bisa dibayangkan, ketika teman-temanku itu menirukan actor-aktor Smack Down dalam ring tapi dialakukan dilingkungan sekolah hanya untuk bergaya menumbangkan lawan berkelahinya. Tapi jadinya ya kadang lucu berantemnya tapi tetep beresiko bakal melukai lawan berantemnya.
Aku tak pernah mau ikut kala ada
perkelahian seperti itu, aku biasa menjauh atau melihat saja. Tapi fikirku jika
aku diapa-apakan ya bakal ikut beraksi. Lelaki yang hebat itu bukan yang suka
cari lawan untuk berkelahi tetapi juga tidak takut dan lari kala ada yang
berniat melukai. Ntah apa yang menyebabkan budaya berantem seperti ini seolah
terpelihara didaerahku. Dari SD sudah suka berantem, usia SMP semakin menjadi,
saat SMA lebih sering, dan parahnya konflik antar desa juga marak terjadi. Salah
satunya yang kupahami adalah karena “Kurangnya kompetisi lain yang baik yang
ada di daerahku, sehingga keunggulan praktis yang bisa didapat dengan mudah
adalah lewat perkelahian”. Andai mungkin ada kompetisi-kompetisi lain yang
bersifat positif untuk mencari sosok-sosok pemenang. Mungkin perkelahian yang
ada itu bisa diminimalisir. Karena pada dasarnya, seperti yang diungkapkan para
ahli tentang teori kebutuhan manusia.“Manusia itu membutuhkan pengakuan dari
orang lain”.
Bagaimana Indonesia bisa maju ?
kalau rakyatnya saja tidak bisa hidup rukun dan bersatu ? jangan terlalu tinggi
memikirkan Negara. Kalau ditingkat desa saja tingkat perkelahian masih meraja
lela. SADARLAH PARA PEMUDA !!!
0 Response to "PERKELAHIAN DI SEKOLAH, KU TAK SUKA."
Post a Comment