Jika Kamu Orang Kaya, Jangan Mendaftar Beasiswa Bidikmisi. Kamu Merampas Hak Orang Lain!

image source : merdeka.com

Beasiswa bidikmisi adalah beasiswa yang menjadi primadona banyak lulusan SMA. Beasiswa bidikmisi menjadi angin segar bagi para siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu. Hal itu dikarekanan beasiswa bidikmisi merupakan beasiswa yang membiayai biaya kuliah dengan sangat besarnya. Bahkan sang penerima mendapatkan jatah biaya hidup selama perbulannya. Hal itu supaya sang penerima tidak kesulitan dalam menunjang perkuliahannya. Sehingga tak khayal, banyak sekali lulusan SMA yang mendaftar beasiswa bidikmisi. Namun tidak dituntut kemungkinan adanya orang yang sebenarnya tidak pantas mendaftar bidikmisi namun tetap saja mendaftar. Mereka diantaranya adalah yang memiliki cukup kekayaan, yang sebenarnya mampu secara ekonomi. Namun tetap mendaftar karena merasa akan lolos jika diukur dari segi prestasi.

Orang kaya yang mendaftar bidikmisi tentu bisa dikatakan sebagai orang yang merebut jatah orang lain. Atau lebih parahnya adalah merampas hak-hak orang yang tidak mampu. Mereka dengan tega mendaftar sebuah beasiswa walau mereka berkecukupan. Tentu ada yang beralasan, bahwa tidak apa kan toh nanti akan diseleksi. Jika lolos berarti yang melakukan seleksi yang salah. Bisa jadi itu benar, namun tentu itu hal yang sangat kurang bijak. Seperti kita orang dewasa yang mengambil buah yang sejatinya ingin dibagikan untuk anak kecil, lalu bilang bahwa tidak apa jika tidak ketahuan. Tetap saja bahwa hal itu adalah mengambil jatah hak orang lain. Panitia bisa saja tidak cermat, bisa saja tertipu dengan berbagai manipulasi yang pendaftar lakukan.

Orang kaya yang mendaftar bidikmisi memang sepertinya tak tahu malu. Seolah
berusaha menghalalkan semua cara yang dia inginkan agar bisa mencapai tujuannya. Harusnya ia malu melakukannya, itu seperti halnya korupsi yang sedang ia pupuk dalam dirinya sendiri. Kita pasti muak melihat orang seperti itu. Jika kita tahu ada seorang yang kaya namun mendaftar bidikmisi, kita pun kadang jadi berfikiran bahwa loh kok ada anak bidikmisi yang kaya raya seperti ini. Tidak jarang jadinya malah kita bisa menge-judge bahwa banyak anak bisa yang kaya. Padahal faktanya tidak demikian. Sehingga banyak anak bidikmisi yang asli, jadi merasa sakit hati.

"Kita kan hanya mencoba, kalau lolos ya tidak apa-apa?"

Jika da orang kaya yang berkata seperti itu, rasanya betapa tidak tahu diri orang itu. Kenapa ia mencoba hal yang serendah itu. Kenapa dengan alasan coba-coba dia melakukannya. Padahal di seantero negeri ini ada banyak sekali anak yang sulit sekali ingin kuliah namun tidak bisa. Ia ikut mendaftar bidikmisi di balik kekuranngannya. Lalu ada orang yang kaya dan pintar ikut daftar bidikmisi, jadilah si anak tidak mampu itu kalah dalam seleksi. Berarti hal coba-coba itu telah merenggut keseriusan seorang anak yang sedang bercita-cita. hal itu sungguh memperihatinkan.

Kemudian ada yang berfikir lagi, seorang anak orang kaya yang beralsan bahwai ingin membantu orang tuanya dengan mendapat bidikmisi. Jika mendapat bidikmisi, ia tidak akan memebebani orang tuanya. Sekilas pernyataan itu amat mulia, ia ingin mandiri dengan caranya sendiri. Namun kita bisa menyadari bahwa caranya itu memang salah. Ibarat ada pembagian sepeda untuk anak-anak kecil yang kurang mampu, lalu ada anak kecil dari kelaurga kaya yang ikut antri. Lalu ketika ditanya kenapa kamu ikutan antri, lalu ia menjawab bahwa ia tak ingin membebani ayahnya membelikan sepeda. Apakah hal itu sesuatu yang benar dan bijak? sama sekali tidak. Karena jumlah beasiswa bidikmisi itu pun terbatas, tidak semua bisa mendapatkannya. Jumlah sepeda buat si kecil kurang mampu pun terbatas, mungkin ia akan menangis jika sepedanya justru diberikan kepada si kaya. Lalu bagaimana si kecil akan belajar melaju mengayuh roda untuk masa depannya?.

Kenapa kita tidak bersyukur dengan semua pemberian Allah ini. Mensyukurinya dengan memanfaatkannya sebaik dan semampu kita. JIka kita mampu ya bilang mampu. JIka kita tak berhak mendapat sesuatu, maka jangan mencoba merampasnya. Kita hargai hak orang lain, maka m niscaya hak kita pun akan dipenuhi Sang Maha Kuasa. Kita tak boleh merampas kesempatan orang lain untuk belajar. Mereka tak bisa mendapatkan kesempatan itu berulang-ulang. Hargailah orang lain, jangan rampas hak mereka dengan keegoisan kita. 

5 Responses to "Jika Kamu Orang Kaya, Jangan Mendaftar Beasiswa Bidikmisi. Kamu Merampas Hak Orang Lain!"

Anonymous said...

kamu orang paling begeo bikin postingan kaya gtu..

Deka Firhansyah, S.I.P. said...

Lanjutkan mas saya juga pernah nulis persoalan yang kurang lebih seperti tulisanmu dan ternyata terbit di koran tahun lalu judulnya "yang mampu jangan ambil jatah yang kurang mampu ya!! Tanggal 7 Februari 2018 akan saya terbitkan di blogspot saya yang ini==>>dekafirhansyah94.blogspot.com.

Agus JP said...

Terima kasih atas support dan sarannya mas Deka Firhansyah. Mahasiswa bidikmisi juga kah ?

Deka Firhansyah, S.I.P. said...

Enggak mas, saya bayar reguler, tapi saya tipe orang yang peduli dan ingin Beasiswa bidikmisi itu tepat sasaran kepada calon mahasiswa dan mahasiswa yang benar-benar membutuhkan.
Biarlah kuliah saya sempat terseok-seok saat perjalanannya. Bagi saya bidikmisi adalah jalan terakhir karena saat masuk orang tua saya masih mampu dan akhirnya memperoleh memperoleh beasiswa lainnya.
Disini mungkin benar pendapat orang-orang perampas yang bukan haknya itu. Jika dari awal saya ambil bidikmisi mungkin saya akan dapat karena saya kuliah berdua dengan saudara kembar saya, sama2 di Universitas Sriwijaya, dam kami totalnya 5 saudara.
Begitulah, mampir juga ke tulisan saya yang ini ya mas==>>http://www.dekafirhansyah94.blogspot.com/2018/02/yang-mampu-jangan-ambil-jatah-yang.html?m=1,
Oh ya tulisan mu juga saya repost hehehe

Agus JP said...

oke, asalkan dicantumkan sumbernya saja. Oke selamat menuliskan cerita-cerita menginspirasinya untuk orang lain.

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari Blog Mas Agus JP Melalui Email Anda.