IMBISI FE UNNES - Ikatan Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ekonomi Unnes - Catatan Sang Bidikmisi ke-9



Pada suatu hari kudapatkan sebuah pengumuman,

“Seluruh mahasiswa bidikmisi Fakultas Ekonomi diwajibkan berkumpul di ruang rapat Fakultas Ekonomi”.

Pengumuman yang dikhususkan untuk mahasiswa sepertiku, penerima bidikmisi. Aku pun dengan senang hati menyebarkan informasi itu dengan mengirimkan sms lewat handphone jadul yang aku miliki. Dengan modal buku tulisku yang telah tertera puluhan nomer telepon yang dulu pernah aku minta saat berkumpul di auditorium. Aku sms teman-temanku itu satu persatu, aku tak peduli apakah mereka sudah tahu infromasi itu atau belum. Bagiku, aku hanya berusaha memberi tahu mereka. Pengumuman tersebut dengan cepat menyebar sesama mahasiswa bidikmisi fakultas Ekonomi. Hal itu karena aku tulis di dibawah smsku itu sebuah permintaan untuk memberitahukan juga untuk teman-teman yang lain. Hal itulah dimana masa awal-awal aku mulai memberikan dan membagiakan informasi lewat sms. Sebuah pesan berantai yang aku harapkan mampu diterima seluruh mahasiswa bidikmisi.

Hari itu pun datang, di sebuah ruangan sekitar delapan kali lima belas meter kami berkumpul. Hal ini adalah kali pertama mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi dikumpulkan dalam satu ruangan di fakultas ekonomi. Dalam ruangan itu terlihat lingkaran meja besar yang memanjang. Di samping meja terlihat kursi-kursi yang telah tertata mengitari meja itu secara rapi. Kursi-kursi itu lah yang disediakan untuk tempat duduk kami. Teman-temanku satu persatu memasuki ruangan, satu per satu kursi itu pun terisi. Hingga akhirnya dalam ruangan itu pun terdengar suara obrolan antar sesama mahasiswa bidikmisi. Kami saling bertanya, apa gerangan hingga kami dikumpulkan di ruangan itu.

Beberapa menit pun berlalu, hingga datanglah dua orang yang berpakaian rapi. Satu laki-laki dan satu perempuan. Kami pun terdiam setelah dua orang itu memasuki ruangan. Diam kami akhirnya terbuyarkan setelah sang laki-laki yang nampak sangat berwibawa itu mengucapkan salam kepada kami. Laki-laki itu adalah Dekan Fakultas Ekonomi. Pemimpin tertinggi di fakultasku. Setelah satu dua patah kata, kemudia beliau memperkenalkan seorang wanita yang duduk di sampingnya itu,

“ini Adalah ibu Lesta Karolina, dosen yang akan menjadi pendamping kalian sebagai mahasiswa bidikmisi”

Sebuah senyum keluar dari wajah sosok wanita itu dengan manis. Menyapa kami yang dari tadi penasaran. Ternyata kami para mahasiwa bidikmisi akan di dampingi oleh seorang dosen. Hal ini berarti memang kami akan benar-benar diawasi dan dipantau sebagai penerima beasiswa bidikmisi. Setelah itu Pak Dekan yang aku ketahui namanya adalah Bapak Agus Wahyudin itu pun lagi-lagi mengucapkan selamat kepada kami, karena kami telah terpilih menjadi mahasiswa bidikmisi. Tak lupa beliau pun banyak menasehati kami dan menerangkan posisi kami sebagai mahasiswa bidikmisi. Kami pun terdiam sambil mengangguk-angguk dengan lugunya mendengarkan apa yang disampaikan oleh Pak Agus itu. Selanjutnya beliau pun berkata,

“Saya ingin mahasiswa-mahasiswi bidikmisi fakultas Ekonomi ini mempunyai sebuah organisasi, organisasi yang terdiri dari kalian semua”.

Kami pun hanya mengangguk-angguk saja menyutujuinya. Aku teringat pula, mungkin ini adalah bagian dari organisasi bidikmisi di tingkat Unnes. Sebelumnya, pernah kami dikumpulkan di auditorium Unnes untuk mengikuti sebuah acara. Dalam acara tersebut dibentuklah suatu organisasi bidikmisi di tingkat universitas. Setiap fakultas mewakilkan lima orang dalam organisasi itu. Saat pembentukan di tingkat Unnes itu, beberapa  temanku pun mengajakku untuk maju mewakili fakultas ekonomi, namun aku tak beranjak dari tempat dudukku kala itu untuk maju ke depan. Terbayang olehku saat itu, aku akan terjun ke dalam organisasi bidikmisi di tingkat fakultas saja. Walau saat itu belum ada organisasi bidikmisi tingkat fakultas. Ntah kenapa hal itu terfikirkan olehku, aku saat itu merasa jika berorganisasi di fakultas maka aku bisa lebih dekat dengan teman-temanku. Berbeda jika berorganisasi di tingkat universitas.  Akhirnya organisasi bidikmisi ditingkat Universitas itu pun terbentuk dengan nama Unnes Scholarship Community.

Pak dekan pun selesai berbicara, setelah itu giliran sang dosen wanita disampingnya yang berbicara kepada kami semua. Bu lesta, seperti Pak Dekan beliau banyak menerangkan kepada kami apa itu mahasiswa bidikmisi. Beliau pun menerangkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kami sebagai mahasiswa bidikmisi di fakultas ekonomi ke depan. Selanjutnya beliau berkata,
“Sesuai saran dari Pak Dekan, mari kita bentuk organisasi bidikmisi di fakultas Ekonomi ini sekarang”.
Kami pun menggangguk-angguk seperti tadi.
“Pertama, apa nama organisasi yang akan kalian bentuk?” tanya beliau.
Sejenak kami terdiam, kami saling toleh menoleh satu sama lain. Seolah saling bertanya tanpa berkata, hingga selanjutnya terdengar bisikan-bisikan antar sesama mahasiswa bidikmisi di ruangan itu. Aku hanya diam saja tak berani mengusulkan apa-apa, hanya coretan-coretan kata yang coba aku rangkai menjadi singkatan untuk menamai organisasi bidikmisi fakultasku itu. Tiba-tiba mulai terdengar suara dari salah satu mahasiswa bidikmisi,

“Saya punya usul bu’, bagaimana kalau nama organisasinya kita samakan dengan organisasi bidikmisi di tingkat Unnes? Bagaimana kalau namanya USC FE?”. Usul salah seorang mahasiswi, Siti Nur Halimah.
“Apa itu USC FE?” Tanya Bu Lesta.
“USC singkatan dari Unnes Scholarship Community Bu’”. jawabnya menjelaskan.
“Oh bagus kalau seperti itu, kita tinggal menambahi kata Fakultas Ekonomi di belakangnya.” Bu Lesta nampak setuju.

Namun dari sebagian peserta yang hadir nampak kurang menyetujui nama tersebut, begitu juga denganku. Menurutku nama Unnes Scholarship Community itu belum mewakili mahasiswa bidikmisi. Unnes Scholarship Community berarti komunitas beasiswa Unnes. Hal itu masih bersifat umum bagi seluruh penerima beasiswa yang ada, tidak terkhusus untuk para mahasiswa bidikmisi.
Bu lesta melihat keraguan kami tentang nama USC FE itu, beliau pun akhirnya menunda membahas nama organisasi yang akan dibentuk itu. Beliau kemudian berkata lagi,

“Sebuah organisasi harus mempunyai seorang ketua, sekretaris dan juga bendahara. Sekarang saya ingin dari kalian ada yang mengajukan diri menjadi ketua. Siapa yang ingin jadi ketua?” Tanya bu Lesta.
Tak ada satu pun mahasiswa bidikmisi di ruangan itu yang berani mengajukan diri. Semuanya terdiam, semuanya justru mulai menundukan pandangan kebawah. Seolah mencegah Bu Lesta untuk bisa memandang wajah kami.

“Siapa yang mau mengajukan diri. Kalian kan seorang mahasiswa bidikmisi, jadi harus berani dong!”. Bu lesta memancing keberanian kami.

Tetap saja semuanya masih terdiam lesu, nampak satu sama lain saling berbisik, “Kamu saja, kamu saja yang mengajukan diri”. Aku pada saat itu berfikir sambil tertunduk dalam diamku. Akankah aku mengajukan diri menjadi ketua organisasi bidikmisi di fakultas Ekonomi. Ini kesempatan besar buatku untuk menjadi seorang pemimpin. Mungkin dengan ini aku bisa menjadi orang yang lebih berarti di antara teman-temanku. Bisa berkontribusi untuk bidikmisi di fakultasku. Aku diam dalam kegundahan dan kegelisahan yang semakin menjadi. Aku merasa sangat ingin jadi ketua saat itu, namun semuanya juga berbanding dengan rasa takut dan tak percaya diri yang menghinggapiku. Kegelisahanku terbuyarkan oleh suara Bu Lesta yang bertanya kembali,

“Siapa yang mau mengajukan diri?” tegas beliau.

Sungguh aku ingin mengangkat tanganku dan berkata “Saya Bu’”, detik-detik waktu itu terasa bermakna sekali buatku. Aku pandangi teman-teman sekelilingku, jika aku tidak berani mengangkat tanganku maka tentu sebentar lagi ada tangan lain yang terangkat. Tentu ada temanku juga yang sangat ingin jadi ketua. Aku berusaha meyakinkan diri untuk mengangkat tanganku dengan segera, terdengar suara Bu Lesta yang semakin mempertegas pertanyaannya. Dalam hatiku begitu binggung, “Agus ayo Agus!! beranikan dir!!i”. Hingga akhirnya Bu Lesta pun berkata,

“Ya sudah, kelihatannya dari kalian tidak ada yang berani mengajukan diri menjadi ketua”
Mendengar hal itu, serasa pupus harapanku untuk mengangkat tanganku. Kenapa aku tidak menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya. Menyia-nyiakan hal itu begitu saja. Selanjutnya Bu Lesta berkata lagi,
                “Karena tidak ada yang mengajukan diri. Sekarang saya minta dari kalian untuk mengusulkan salah satu nama untuk menjadi ketua. Kalian tentu sudah cukup mengenal teman-taman kalian ini, walau baru beberapa bulan bersama.”

Seperti halnya tadi, kami pun saling toleh menoleh antar satu sama lain. Kira-kira siapa yang akan kami usulkan menjadi ketua. Aku pun bingung aku harus mengusulkan siapa kali ini. Tiba-tiba terdengar suara dari salah seorang mahasiswa, namanya adalah Ahmad Abdul Syukur. Seorang teman baruku yang berasal dari Jepara.

                “Saya mengusulkan Agus Joko Prasetyo Bu’” jelas ia berkata.

                Aku pun terkaget mendengar usulannya. Setelahnya, kemudian Rendra pun juga menyetujui usulan dari temanku yang biasa aku panggil Syukur itu tadi. Tak berselang lama sebagian besar mahasiswa bidikmisi yang ada di ruangan itu pun menyetujui usulan Syukur. Pertama aku heran kenapa mereka mengusulkan namaku. Aku merasa mereka juga belum tahu seperti apa pribadiku. Mereka belum tahu seperti apa sifat-sifatku. Mengapa mereka begitu saja mempercayaiku. Kemudian baru aku ketahui setelah diantara mereka berkata,

                “Ya kamu aja Gus, kamu juga yang selama ini sering memberikan informasi kepada kami”.
Menurutku, mungkin karena sebelum pertemuan di ruangan itu aku sering memberikan sms informasi kepada teman-temanku para mahasiswa bidikmisi fakultas Ekonomi. Terkait berbagai hal tentang bidikmisi, sehingga saat itu mereka menganggap bahwa aku telah menunjukan kontribusi terhadap mereka. Ya sejak saat aku memiliki nomer-nomer telepon mereka yang tertulis di buku tulisku saat itu. Aku sering mengirimkan sms kepada mereka, hingga diantara para mahasiswa bidikmisi di ruangan itu aku lah yang paling banyak dikenal.

                Akhirnya aku pun terpilih menjadi ketua mahasiswa bidikmisi di fakultas ekonomi. Aku senang, tanpa aku mengangkat tangan pun akhirnya aku menjadi ketua. Selanjutnya terpilih pula sekretaris untuk organisasi itu adalah Raeni seorang mahasiswa dari progam studi pendidikan akuntansi. Khusaeni sebagai bendahara yang juga satu progam studi dengan raeni. Terpilih pula enam koordinator dari setiap progam studi yang ada di fakultas ekonomi. Syukur temanku tadi menjadi koordinator progam studi Ekonomi Pembangunan. Rendra pun menjadi koordinator progam studi Manajemen. Kemudian ada Zaenul Qomar menjadi koordinator progam studi Pendidikan Akuntansi. Fahmi Ulin NI’mah menjadi koordinator progam studi Pendidikan Administrasi perkantoran. Mohammad Faid Akhsan menjadi koordinator progam studi Akuntansi dan yang terakhir adalah Ninda Habibah yang menjadi koordinator progam studi Pendidikan Koperasi. Kedelapan orang itu lah yang akan menjadi temanku untuk membangun organisasi bidikmisi fakultas ekonomi.

Berselang beberapa hari setelah pertemuan itu,  aku mulai memikirkan nama organisasi yang tepat untuk organisasi yang pertama kali aku ketuai di Unnes itu. Aku mulai bertanya-tanya kepada para mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi. Banyak usulan nama yang aku terima, namun yang paling menarik perhatianku adalah sebuah nama yang diusulkan oleh mahasiswi progam studi Pendidikan Administrasi prekantoran bernama Dewi Sukmawati. Dia mengusulkan sebuah nama yaitu IMBISI, akronim dari Ikatan Mahasiswa Bidikmisi. Nama itu pun aku bahas kepada teman-temanku berdelapan yang telah menajdi pengurus itu, mereka pun menyetujuinya.

                Langkah berikutnya aku pun menemui Bu Lesta dan juga Pak Agus.  Aku sampaikan nama organisasi yang telah kami sepakati. Alhamdulillah, mereka berdua menyutujui nama yang kami usulkan itu. Sejak saat itu lah nama organisasi yang pertama aku pimpin itu bernama Imbisi FE Unnes, Ikatan Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Sebuah organisasi yang terdiri dari para mahasiswa bidikmisi di fakultar ekonomi. Organisasi yang terdiri dari teman-teman seperjuanganku.
               
Kebersamaanku bersama mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi sudah beranjak ke semester tiga kuliahku. Kini aku mempunyai adik angkatan mahasiswa bidikmisi pula. Terfikirkan olehku pada saat masa-masa awal aku menjadi mahasiswa baru bidikmisi. Masa-masa awal aku menjadi seorang mahasiswa penerima beasiswa yang polos dan lugunya berada di lingkungan baru. Aku ingat betapa bingungnya aku kala itu bagaimana menjadi penerima beasiswa bidikmisi itu. Saat itu tak ada kakak angkatan yang bisa aku contoh.  Hingga aku berfikir pada saat itu, apa yang bisa aku lakukan untuk adik-adik angkatanku yang bidikmisi itu. bagaimana aku bisa membantu mereka, agar mereka lebih siap menjadi bidikmisi. Tak mengalami kebingungan seperti yang aku rasakan dahulu.

                Pada suatu hari aku mengundang seluruh mahasiwa bidikmidi fakultas ekonomi seangkatanku untuk berkumpul. Namun hanya sebagian saja yang bisa berkumpul saat itu. Aku jelaskan maksudku mengumpulkan mereka.
                “Kawan-kawan, aku ingin mengadakan acara untuk adik-adik bidikmisi yang baru. Apakah kalian setuju. Kita gunakan uang iuran kita yang rencananya untuk buka bersama, kita alihkan untuk acara ini. Mungkin kita bisa membantu adik-adik kita untuk mengetahui seluk beluk sebagai mahasiswa bidikmisi di Unnes melalui pengalaman yang telah kita alami”. Terangku untuk mengajak mereka.
Mereka pun setuju dengan usulanku itu, aku mulai tuangkan ideku dalam acara yang akan kami buat itu. Kebetulan saat itu bertepatan dengan masa-masa setelah  lebaran. Acaranya pun kami namai dengan “Silaturrohim dan Halal Bihalal Mahasiswa Bidikmsi Fakultas Ekonomi”. Aku ceritakan kepada teman-temanku yang berkumpul itu bagaimana konsepan acaranya. Inti dari acara itu adalah untuk mengenalkan dunia bidikmisi di Unnes. Teman-temanku itu terlihat bersemangat untuk mengadakan acara itu. Walau itu adalah acara besar pertama yang akan kami buat. Niat untuk membantu adik-adik seperjuangan itu pun mengalahkan keterbatasan kami sebagai mahasiswa baru. Hingga terbentuklah sebuah kepanitian yang diketuai oleh seorang mahasiswa bidikmisi dari Kendal, Rizal Agung. Dengan sekretaris seorang mahasiswi dari prodi Pendidikan Akuntasi bernama Laela Meni’ Nur Chasanah.

Kami pun mulai mengurus bebagai perlengkapan acaranya, menyusun acaranya, meminjam berbagai peralatan, meminjam ruangan untuk acara yang akan menampung banyak mahasiswa bidikmisi. Rizal dan Meni’, aku memanggil mereka. Bersama mereka aku kesana kemari mengurus berbagai hal tentang perizinan. Serta banyak teman yang lainnya yang memepersiapkan kebutuhan lain. Sebagai acara formal pertama yang kami lakukan, tentu hal itu adalah sebuah pengalaman tak terlupakan bagi kami. Apalagi jumlah adik angkatan saat itu sangat besar. Aku tahu jumlah yang telah diumumkan sebesar 176 mahasiswa bidikmisi baru di Fakultas Ekonomi pada tahun 2011 itu. Jumlah yang sangat besar dibandingkan angkatanku di tahun 2010 yang hanya berjumlah 58 mahasiswa. Sebelum konsep acara silaturrohim itu aku buat dengan teman-temanku, sebelumnya aku juga bersusah payah berusaha mendapatkan biodata adik-adik angkatanku. Saat awal masuk penerimaan mahasiswa baru, kala prosesi ospek atau di Unnes lebih dikenal dengan PPA (Program Pengenalan Akademik). Aku berinisiatif datangi panitianya, aku meminta para adik angkatanku untuk mengisi form biodata yang aku dan teman-temanku sediakan. Ternyata hal itu bermanfaat bagi acara silaturrohim itu juga. AKu dapat menginformasikan acaranya dengan mudah lewat sms kepada adik-adik angkatanku.

Hari H acara itu pun akhirnya tiba. Pagi-pagi sekali, walau pagi nampak masih begitu gelap. Dingin udara pun masih terasa merasuk menembus jaket yang terpakai. Aku dan tiga temanku, Khusaeni, Arif dan Syahirin pergi memacu motor ke Pasar Ungaran. Kami mengambil makanan kecil yang berupa jajanan pasar yang akan kami suguhkan untuk para adik angkatan. Makanan yang telah aku pesan dulu bersama Rizal. Tak aku sangka setelah sampai di Pasar Ungaran, aku lupa dimana tempat penjual yang dulu aku pesani makanan itu. Aku bingung, tiga temanku justru semakin bingung. Saat itu Rizal tidak ikut, aku pun bingung harus bertanya siapa. Sedangkan terlihat banyak sekali penjual yang terlihat menjajakan makanan. Ternyata aku bingung arah, tak tahu mana selatan mana utara. Bingung antara timur dan mana arah barat. Aku ingat bahwa ketiga temanku itu mengajakku masuk pasar dari pintu yang berbeda dengan Rizal. Mungkin itu lah penyebabnya, anehnya aku pun mengajak ketiga temanku untuk keluar pasar lagi dan mengajaknya masuk lagi lewat pintu yang berbeda. Akhirnya setelah masuk dari pintu yang sama dengan Rizal, aku pun menemukan lokasi penjualnya.
“Oh itu dia penjual tempat aku memesan”. kataku kegirangan.
“Gus Agus, itu kan penjual yang tadi di samping kita saat kebingungan”. Kata khusaen sambil menghela nafas.
Aku pun agak merasa malu dengan mereka, ternyata kebingunganku tentang arah mata angin membuatku sulit menemukan penjual yan aku temui dulu. Temanku bertiga itu nampak senyum-senyum membuat seketika kami tertawa karena keanehanku itu. Akhirnya setelah sampai di penjualnya, kami pun membawa beberapa dus makanan yang segera kami bawa menuju Unnes.

Beberapa jam berlalu setelah sampai di Unnes. Setelah berbagai persiapan yang dilakukan, aku melihat kursi-kursi yang telah kami tata rapi itu mulai terisi satu demi satu oleh mahasiswa bidikmisi angkatan 2011. Hingga seiring waktu mendekati acara dimulai, jejeran kursi itu mulai terpenuhi. Nampak wajah-wajah lugu mahasiswa baru bidikmisi fakultas ekokonomi di depanku. Wajah seperti itu lah yang yang persis sama dengan ekspresiku pada saat menjadi mahasiswa baru bidikmisi. Wajah-wajah yang mengekspresikan keingintahuan tentang bagaiamana harus menjadi seorang mahasiswa bidikmisi di Unnes.

Di luar ruangan, nampak teman-teman seangkatanku sedang sibuk mempersiakan segala persiapan untuk suksesnya acara. Di samping ruangan nampak dua buah meja yang diletakkan sejajar di sebelah kiri pintu ruangan. Di atas meja itu nampak tumpukan kardus-kardus kecil berwarna putih berisi makanan dari pasar tadi. Kami menyusunnya sendiri, kami lakukan untuk menghemat pengeluaran dari pada memesan makanan langsung beserta kardusnya yang biasanya dikenakan biaya hampir dua kali lipat. Kardus putih kecil itu akan kami berikan untuk adik-adik angkatan. Kami berikan itu dengan cuma-cuma, semua dana berasal dari iuran kami. Semua nampak dengan senang hati menyibukkan diri, banyak yang saling membantu. Pada saat itu memang seluruh mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi angkatan 2010 aku minta selurunya untuk menjadi panitia tanpa terkecuali.

Acara pun di mulai, sang pembawa acara membacakan susunana acara pada siang itu. Syukur dan Fahmi yang saat itu menjadi pembawa acara.  Dua koordinator mahasiswa bidikmisi dari dua prodi yang berbeda yang sekarang berkolaborasi memandu jalannya acara. Sambutan demi sambutan pun berjalan dengan lancar. Hingga tiba lah giliranku untuk berbicara di depan hampir dua ratus mahasiswa itu. Acara inti untuk mengenalkan seluk beluk dunia bidikmisi itu, aku lah yang memandunya. Ini pertama kalinya aku berbicara cukup lama di depan mahasiswa sebanyak itu. Aku mulai menceritakan kehidupan sebagai mahasiswa bidikmisi di Unnes itu seperti apa. Aku memberikan semangat kepada mereka. Namun aku tak sendiri kala memberikan semangat dan cerita itu. Saat aku berbicara tentang prestasi, aku pun memanggil teman-temanku bidikmisi yang punya prestasi tinggi di fakultas ekonomi. Kala berbicara tentang organisasi, aku pun memanggil teman-temanku yang aktif berorganisasi. Semuanya saling melengkapi.

Akhirnya acara itu pun selesai dengan baik. Kami pun senang bisa melaksanakan acara pada hari itu. Walau kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan acara itu. Maklum dari kami semua adalah mahasiswa yang baru menginjak semester tiga. Masih baru-barunya dalam berorganisasi. Kami pun saling memaklumi kesalahan dan kekurangan yang kami buat. Bagi kami yang penting acara itu telah terlaksana dan kami bisa menyampaikan banyak hal dan pengalaman sebagai mahasiswa bidikmisi di Unnes selama dua semester sebelumnya. Hingga hal itu bisa menjadi bahan pelajaran bagi adik-adik kami yang baru masuk  itu, mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi angkatan 2011.


UNTAIAN HIKMAH

Pertama, Allah itu selalu tahu tentang keinginan kita. Dia Maha mengetahui tentang segala hal, apalagi hanya tentang unek-unek yang ada di hati kita. Keinginanku untuk bisa berorganisasi di lingkungan bidikmisi fakultas ekonomi terwujud. Keinginanku untuk menjadi ketua pun terwujud juga. Maka sebenarnya semua keinginan-keinginan yang kita harapkan itu selalu terlihat olehnya, dan Dia lah Dzat yang dapat mewujudkan segala hal yang kita inginkan. Maka kita sebagai manusia, harusnya tidak takut untuk mempunyai keinginan-keinginan besar dalam hidup kita. Allah telah memberikan kesempatan pada kita untuk berkeinginan, maka tentu rugi bagi kita jika hidup tanpa mempunyai keinginan dan harapan.   

Kedua, sering kali kita tak bisa menyangka apa manfaat dari perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan. Aku tak tahu ternyata perbuatanku dalam memberikan sms informasi kepada teman-temanku mahasiswa bidikmisi telah membuatku lebih dikenal oleh mereka, hingga akhirnya aku justru dipilih untuk menjadi ketua mereka. Aku menyadari bahwa ternyata semua perbuatan yang telah kita lakukan di masa lalu dapat berimbas dan memberi manfaat di masa yang akan datang. Cepat atau lambat Allah akan memberikan efek dari perbuatan kita. Maka bagi kita, alangkah sebaiknya kita selalu berbuat yang baik-baik pada sesama. Niscaya Allah akan membalas kebaikan kita, bahkan sering kali melebihi apa yang telah kita lakukan. Jika kita terlanjur berbuat yang burukdi masa lalu, maka sebenarnya tak ada kata terlambat untuk memperbaiki perilaku kita. Sebelum nyawa ini masih dipercayakan kepada kita, berarti kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki hidup kita.

Ketiga, Ketika kita bisa menyadari posisi yang kita miliki dan bisa menyadari situasi dan kondisi yang telah kita alami,  maka kita bisa berfikir apakah kita bisa bermanfaat untuk orang lain yang sedang mengalami apa yang telah kita alami di masa lalu itu. Dengan berbagai pengalaman yang telah kita miliki tentu kita bisa membantunya. Namun kadang kita juga berfikir, “kita bukan lah orang yang bisa dikatakan sukses atau berhasil, ngapain sok ingin membantu?”. Menurutku setiap orang itu bisa membantu orang lain lewat pengalamannya, baik itu pengalaman keberhasilan atau pengalaman kegagalan. Pengalaman keberhasilan yang kita miliki dapat menginspirasi orang lain, sedangkan pengalaman kegagalan kita bisa membuat orang lain untuk belajar supaya tak akan gagal lagi seperti kita. Jadi pengalaman yang kita miliki itu sebenarnya sangat berguna bagi orang lain, tinggal kita mau bercerita untuk mereka atau kita diam saja tak berbuat apa-apa. 

0 Response to "IMBISI FE UNNES - Ikatan Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ekonomi Unnes - Catatan Sang Bidikmisi ke-9"

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari Blog Mas Agus JP Melalui Email Anda.