KULIAH PERDANA - Catatan Sang Bidikmisi Ke-4

Hari pertama masuk kuliah, aku begitu semangat dan senangnya akhirnya aku bisa merasakan duduk di kursi perkuliahan. Hari itu kulihat pula banyak mahasiwa baru sepertiku, kulihat pula teman-temanku kala mengikuti acara PPA (Program Pengenalan Akademik) dulu dari progam studi Pendidikan Adminsitrasi Perkantoran. Aku tanyai mereka, tak satu pun jadwalnya yang sama denganku. Kenapa berbeda padahal menurutku aku satu program studi dengan mereka, tetapi itu lah kebijakkan dari kampus saat itu. semua jadwal mahasiswa baru sudah ditentukan. Aku hanya tinggal mengikuti saja.

Aku melangkah pasti sendiri menuju gedung tempatku kuliah, gedung C6. Sementara teman-temanku yang lain juga mulai menuju ruangan mereka masing-masing. Nama gedung yang tertera dalam jadwal kuliahku yang aku cetak dari sistem online perkuliahan, yang kampusku namai sebagai sikadu. Kepanjangan dari sistem akademik terpadu. Aku baca dengan seksama jadwalku, hari pertama itu aku akan mengikuti mata kuliah Pengantar Komputer bertempat di laboratorium komputer di gedung C6. Aku pun menuju laboratorium komputer berada. Aku melangkah dengan senang sekali, namun rasa senangku itu pun buyar seketika. Saat aku tepat berada di depan laboratorium komputer,  aku tengok ke dalam ruangan tak satu pun aku temui sosok mahasiswa atau pun dosen yang akan mengajar. Ruangan masih sepi sekali. Aku lihat kembali jadwalku, aku perhatikan baik-baik. Aku baca dengan seksama, jelas tertera di jadwal yang aku pegang hari ini aku akan kuliah pengantar computer di laboratorium komputer tepat di gedung C6.

Aku menunggu di depan ruangan, suasana di sekitarku masih sangatlah sepi. Ruangan laboratorium komputer berada di lantai dua, di samping-sampingnya bukan ruangan kuliah tetapi juga sama adalah laboratorium-laboratorium dari jurusan program studi yang lain. Aku berdiri di depan ruangan, aku amati dari lorong menuju tempatku berada. Tidak ada tanda-tanda ada rombongan mahasiswa yang datang. Aku jadi ragu, apakah aku salah ruangan. Aku sekarang melihat tulisan yang tertera di atas pintu masuk tempatku berdiri, namun disitu tertulis jelas “Laboratorium komputer”. Aku pun semakin khawatir, aku lihat jam di handphoneku sudah menunjukan pukul tujuh lebih. Aku pun tak sabar menanti, aku mencoba mencari tahu apakah aku yang salah ruang atau bagaimana.

Aku pun menemui petugas kebersihan yang kebetulan aku lihat di gedung itu. aku bertanya pada petugas itu,
                “Pak, permisi mau tanya”
“Silahkan, tanya apa” jawab petugas itu.
“Pak, ruangan laboroatorium komputer sebelah mana ya pak ?” tanyaku.
“Oh ruangan laboratorium komputer itu disana” jawab petugas itu sambil menunjuk ruangan tempatku menunggu tadi.

Mendengar jawabn itu aku jadi semakin khawatir, aku dari tadi sudah
berada disana. Tapi tak aku lihat satu pun mahasiwa dan dosen. Aku pun berjalan lagi mencoba bertanya pada orang lain. Aku pun bertemu dengan kakak tingkat yang dulu jadi panitia PPA.

                “Maaf mas, aku mau tanya. Mas dimana ya letak ruangan laboratorium komputer?”
                “Ruangan itu berada di lantai dua, tepat diujung lorong” jawabnya sama persis dengan petugas yang tadi aku tanya.

Aku jadi semakin bingung, kenapa kuliah perdananku dimulai seperti ini. Aku pun kembali berkali-kali bertanya kepada orang-orang yang kebetulan aku temui, namun tetap jawaban mereka sama. Tetap menunjuk ruangan yang aku datangi pertama kali tadi. Sementara itu aku lihat ruangan-ruangan lain yang aku lewati kala bertanya-tanya itu, aku lihat teman-temanku sudah diajar oleh seorang dosen. Ruangan mereka terlihat ramai dan dipenuhi mahasiswa. Aku jadi iri dengan mereka, kapan aku bisa diajar oleh seorang dosen fikirku.

                Aku pun berjalan dengan ragu menuju ruangan laboratorium komputer lagi. Berharap ruangan itu akan berubah menjadi ramai, atau paling tidak sudah ada mahasiwa yang mungkin terlambat datangnya. Aku berjalan sendiri tak pasti sambil memegangi jadwal yang aku punya. Sesampainya disana tetap tak ada satu pun orang dalam ruangan. Hanya ruangan yang sepi dengan meja dan kursi yang berbaris diam tanpa suara. di atasnya telihat komputer-komputer yang masih menghadap membelakangiku dibawah gelap ruangan yang lampunya belum menyala. Hanya cahaya matahari dari bali korden yang tertutup, sayup-sayup menerangi kegelapan ruangan. Oh kemanakah dosen yang harusnya mengajarku hari ini, dimana pula mahasiwa yang harusnya menemaniku kuliah perdana pada hari ini.

                Aku pun ragu, dalam kegundahan aku berjalan meninggalkan ruangan itu. Gerak langkahku berubah menjadi pelan, semangat pagi ini berubah menjadi kesedihan yang besar. Kutatap ke arah lorong tempatku akan ke luar, aku lihat seorang mahasiswi yang berjalan ke arahku. Kami pun bersimpangan, namun aku biarkan dia berlalu saja melewatiku. Aku pun coba memperhatikan dia yang mulai berjalan di belakangku, tak aku kira ternyata mahasiswi itu langkahnya berhenti tepat di laboratorium komputer pula. Fikiranku kembali bersemangat, mungkin dia adalah mahasiswa yang akan kuliah pengantar komputer juga.  Aku pun mendatanginya, aku beranikan diri untuk bertanya.

“Permisi Mbak, apakah Mbak akan kuliah pengantar computer juga?”
“Iya, tapi kok ruangannya sepi ya” Jawabnya gundah pula.

Aku pun menerangkan kepadanya tentang apa yang aku rasakan pula, mungkin sama-sama sedang merasa bingung di hari pertama kuliah. Aku pun berinisiatif untuk mengajaknya mencari tahu kebenaran kuliah pada hari itu. aku pun mondar-mandir bersamanya bertanya pada banyak orang tentang kuliah pengantar computer pada ahari itu, namun tetap saja taka da jawaban yang bisa menjawab masalah yang kami alami  pada saat itu. Aku masih bersemangat, karena kini ada teman seperjuangan yang berusaha untuk kuliah mata kuliah yang sama sepertiku pagi itu. Aku tahu nama mahasiswi itu adalah Lilis Septiarini, ternyata dia juga penerima beasiswa bidikmisi sepertiku.

                Waktu terus berjalan, namun tetap saja ruangan masih terlihat sepi. Hanya kami berdua yang mondar-mandir diantara ruangan itu. Hingga akhirnya datang lagi dua mahasiwa yang ternyata juga mahasiswa yang akan kuliah sama sepertiku di ruangan itu, mereka menerangkan bahwa mereka adalah kakak tingkat yang sedang mengulang mata kuliah pengantar komputer. Aku jadi agak tenang, kini ada empat orang yang sama sepertiku. Tak aku sangka, dua kakak tingkat itu mangajak kami mencari dosennya. Hal yang tak aku fikirkan sebelumnya, ternyata mereka sudah berpengalaman jika menghadapi situasi seperti itu. kami pun mendatangi ruangan nama dosen yang tertera di jadwal. Sampailah kami di ruangannnya, ternyata dosennya itu juga baru sampai di ruangan.  Dua kakak tingkat itu menerangkan masalah yang kami alami, sementara aku dan Lilis diam saja. Dosen itu pun minta maaf dan mengajak kami masuk ruangan laboratorium komputer.

                Aku pun memasuki ruangan laboratorium computer, begitu juga Lilis dan dua kakak tingkat yang belum aku tahu namanya itu beserta dosen pengampu mata kuliah itu. Aku duduk dengan tenang di sebuah kursi deretan depan, setelah itu sang dosen pun bertanya.

                “Apakah mahasiswanya hanya empat orang?”

\Kami semua terdiam, karena kami tidak tahu pasti dimana mahasiwa yang lainnya. Sang dosen itu pun melihat lembar presensi kuliah itu, dan setelahnya dosen itu menerangkan bahwa ternyata mahasiwa yang akan kuliah disitu hanya berjumlah lima orang. Padahal seingatku di jadwal yang aku miliki, ada puluhan mahasiwa yang akan hadir dalam kuliah itu. seperti kelas yang lain yang dipenuhi puluhan mahasiswa. Sang dosen menerangkan bahwa lima mahasiwa dalam kuliah pagi itu adalah dua orang mahasiswa baru dan tiga orang sisanya adalah mahasiswa yang mengulang. Jadi ada satu kakak tingkat yang tidak berangkat fikirku.

               Pagi itu sang dosen menjelaskan kontrak perkuliahan dan juga materi apa saja yang akan di ajarkan. Selanjutnya beliau justru menyarankan kepada kami untuk pindah kelas saja, beliau merasa jika hanya lima orang maka kurang efektif. Beliau menyarankan untuk pindah ke kelas yang sudah ada banyak mahasiwanya. Kami berempat pun setuju, tetapi tidak hari itu juga kami akan pindah kelas. Kami pun menyesuaikan jadwal yang disarankan oleh sang dosen. Akhirnya kami berempat sepakat pindah kelas mata kuliah pengantar komputer di hari yang lain tetapi tetap dengan dosen yang sama. Tidak aku kira ternyata kelas yang disarankan oleh pak dosen kali ini aku akan berkumpul dengan banyak temanku dari progam studi pendidikan admistrasi perkantoran.

                Pagi itu sungguh terasa melelahkan buatku, lelah di tenaga dan lelah di fikiran. Aku tetapi tetap merasa senang, akhirnya aku merasakan bertemu seorang dosen yang akan mengajarku dalam perkuliahan. Sama seperti teman-temanku yang lainnya. Walau pagi itu tidak berjalan sesuai harapanku, mendapatkan banyak teman baru dan bisa duduk manis di kursi perkuliahan. Bagiku ini adalah awal dari perjalanan kuliah, memang semua yang terjadi tak bisa selalu seperti yang aku inginkan. Aku berfikir pasti semua ini ada hikmahnya, dan juga pasti dari teman-temanku yang lain hanya aku saja yang mengalami kejadian seperti ini di hari pertama kuliah. Berdasarkan hal itu pula aku menyadari bahwa aku dalah orang yang sangat bersemangat untuk kuliah, dan orang yang begitu gelisah kala tak bisa mengikuti kuliah.

GORESAN HIKMAH

Pertama, ketika kita berjuang melakukan sesuatu mungkin alangkah baiknya kita harus mempunyai teman seperjuangan. Kala kita melakukan semuanya sendirian, kadang kita akan merasa bahwa itu sesuatu yang sangat berat. Kita tak punya teman untuk berbagi suka dan duka. Hingga kadang orang yang berjuang sendiri akan mudah jatuh saat dia merasa gagal. Berbeda dengan dua orang atau lebih yang berjuang bersama, tetap ada canda tawa walau perjuangan itu terasa sangat berat.

Kedua, menjadi orang yang selalu berusaha tepat waktu itu akan membuat orang lain senang, sebaliknya orang yang membuat orang lain terlalu lama menunggu akan membuatnya sangat kecewa. Banyak dari kita mungkin yang berfikir, “Lebih baikm aku yang ditunggu, daripada aku yang menunggu”. Hingga jika semua orang berfikir seperti itu maka hasilnya adalah suatu kegiatan akan selalu mundur dan mundur karena semuanya tak berusaha tepat waktu. Sering kali kita tak sempat berfikir betapa banyak kerugian yang diakibatkan oleh kita, karena ketidaktepatan waktu yang telah kita lakukan. Kita hanya berfikir, apa yang bisa buat kita untung dan yang penting tak masalah buat kita. Jika kita selalu membiasakan diri untuk tidak tepat waktu, maka akan banyak orang yang kecewa pada kita. Orang yang telah kecewa pada kita, akan teringat dibenaknya bahwa kita pernah mengecewakannya. Mungkin suatu saat dia akan ragu dalam mempercayai kita untuk kedua kalinya.

Ketiga, saat orang lain berbuat kesalahan yang berakibat buruk pada kita atau merugikan kita, jangan semena-mena langsung membencinya atau memarahinya. Kita belum tahu alasan kenapa dia berbuat kesalahan, maka bersedialah mendengarkan alasan-alasannya. Mungkin dari berbagai alasan-alasan itu ada yang bisa kita terima untuk mengobati rasa sakit hati kita. Sering kali kita tak mau mendengar alasan orang lain karena kita merasa paling benar, padahal dia melakukan sesuatu yang benar. HIngga kebenaran itu akhirnya tetap terdiam karena keegoisan kita yang tak mau mendengar alsan orang lain. 

0 Response to "KULIAH PERDANA - Catatan Sang Bidikmisi Ke-4"

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari Blog Mas Agus JP Melalui Email Anda.