TEMAN BARU SEPERJUANGAN - Catatan Sang Bidikmisi ke-2

Beberapa hari setelah verifikasi yang telah aku lakukan untuk mengukuhkanku sebagai salah seorang mahasiswa di Universitas Negeri Semarang. Tiba lah suatu hari dimana aku mendapatkan informasi, bahwa semua mahasiswa bidikmisi diwajibkan berkumpul di auditorium Unnes untuk sebuah acara. Acara pengarahan tepatnya, pengarahan untuk para mahasiswa baru bidikmisi. Aku pun datang tanpa ragu.

                Langkahku pasti menuju auditorium Unnes, aku datang lebih awal. Auditorium, sebuah tempat yang mengingatkanku kala pertama kali menginjakan kaki di Unnes saat melakukan verifikasi. Teringat pula kala aku harus berdesak-desakan dan antri sangat lama saat menjalaninya dulu, sembari menahan lapar di perutku karena tak punya banyak uang di sakuku. Hari ini aku dikumpulkan oleh pihak Unnes, tetapi untuk pengarahan sebagai mahasiswa bidikmisi.
               
                Memasuki ruangan auditorium, sebuah tempat yang begitu sangat luas. Berupa aula besar yang mampu menampung ribuan mahasiswa. Terlihat tiang-tiang besar di pinggirnya berwarna biru muda. Dikelilingi dinding-dinding berkaca yang memaksa cahaya dari luar untuk tetap masuk. Kulihat di dalamnya nampak jejeran kursi yang tersusun rapi. Serta nampak di depan deretan itu beberapa buah papan nama petunjuk seukuran lima belas kali tiga puluh centi meter, yang disangga sebuah tiang besi setinggi satu setengah meter. Itu lah denah penunjuk yang berdiri sejajar delapan buah, yang bertuliskan nama-nama fakultas. Seolah benda mati itu berkata padaku,

“Hai Agus, Duduklah di barisan kursi ini”

Kalimat itu lah yang seolah dikatakan oleh sebuah papan nama yang bertulskan “Fakultas Ekonomi”. Tak lain di deretan lainnya, bertuliskan
nama-nama fakultas lain bersanding dengan fakultasku. Ku amati tulisan-tulisan di papan itu, “Fakultas Ilmu Pendidikan” satu nama telah aku eja yang berada di ujung paling kiri deretan kursi itu. Aku cermati tulisan di papan yang kedua, tertulis “Fakultas Bahasa dan Seni”. Hingga nama fakultasku, “Fakultas Ekonomi” tepat di deretan ketujuh dan yang ke delapan adalah fakultas Hukum.

                Aku duduk di deretan kursi itu, beberapa mahasiswa juga terlihat sudah duduk gelisah di deretan kursi yang sama denganku. Aku yakin mereka adalah mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi sepertiku. Mereka nampak diam gelisah sambil melihat-lihat sekelilingnya dengan tatapan keingintahuan, tetapi ntah lah apa yang ada di fikiran mereka. Aku hanya berani sesekali memperhatikan mereka. Terlihat pula dari mereka, suasana yang belum begitu akrab satu sama lain. Hanya terlihat saling berjabat tangan untuk saling memperkenalkan diri.

                “Aku, Agus Joko Prasetyo. Prodi Pendidikan Ekonomi Administrasi Perkantoran”. Aku memperkenalkan diri kepada mereka.

                Lambat laun terlihat mahasiswa-mahasiswa berjas kuning nampak mulai berdatangan memenuhi kursi yang tersedia. Warna kuning, Itu adalah warna jas almamaterku. Sama seperti yang dipakai para mahasiswa yang hadir di acara pengarahan itu. Deretan fakultasku pun mulai terisi kursinya satu demi satu. Masih terlihat suasana yang belum begitu akrab satu sama lain. Aku rasa karena memang kami baru saling kenal, tetapi saat itu aku merasa senang sekali dikarenakan orang-orang yang ada di sekelilingku adalah para pemuda seperjuangan sepertiku. Mereka adalah para pemuda yang sama-sama memiliki latar belakang sepertiku. Para pemuda yang mempunyai keterbatasan biaya tetapi memiliki prestasi hingga mempunyai semangat tinggi untuk tetap belajar.
               
                Di tengah suasana saling berkenalan antar para mahasiswa itu, sambil menunggu acaranya dimulai. Aku mengambil sebuah buku tulis, aku pegang bolpoinku. Aku tulis dalam lembar yang kosong, aku tulis dengan ragu beberapa kata di bagian paling atas. “Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ekonomi” kemudian di bawahnya aku tulis, ”No, Nama, Prodi, Nomer HP”

Aku berinisiatif untuk mendata teman-teman baruku itu. Aku berikan buku itu kepada teman-teman sekelilingku.

“Mohon diisi” Pintaku pada mereka.
“Apa ini?” Tanya mereka.
“Aku ingin tahu tentang biodata kalian, mohon diisi ya” Jawabku sekenanya.

Mereka terlihat antusias mengisinya, satu persatu teman-teman baruku yang berada di sekelilingku itu pun mengisinya. Kulihat masih sedikit yang telah mengisinya, baru orang-orang yang berada di sekelilingku. Aku lihat masih banyak sekali yang belum mengisi. Terutama adalah para wanita yang berada di deretan belakang-belakangku, Mereka tak lain adalah para mahasiswi bidikmisi fakultas ekonomi juga. Aku tak berani untuk meminta data mereka, aku tak begitu percaya diri. Rasa sungkan dan minderku terhadap wanita muncul kembali. Terdiam aku kala itu, diantara rasa minder dan keinginan untuk mengenal para wanita di belakangku itu. Akhirnya seorang di sampingku ada yang mengambil bukuku dan membawanya ke arah para mahasiswi itu, aku tahu namanya itu adalah Rendra Saputra. Rendra nampak berani dengan begitu percaya diri membawakan buku tulis itu,

“Ini mohon diisi, untuk mendata mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi” terlihat dia begitu santainya mengatakan itu.

Aku jadi merasa kalah juga, kenapa aku tidak bisa seberani itu. Berani mendatangi para mahasiswi bidikmisi itu. Aku serasa hanya bisa mengandalkan orang lain. Rasa malu dan sungkan berhadapan dengan seorang wanita masih saja mempengaruhiku dalam berinteraksi. Diam lamunanku terbuyarkan. Acara pun di mulai, sambutan demi sambutan terdengar.

“Unnes!” terdengar suara lantang di depan podium.
“Sutera!!!” suara para mahasiswa bidikmisi menyambut kata itu.

Kata-kata itu adalah sebuah jargon yang ada di kampusku, yang telah di ajarkan kala masa PPA dulu. Kata Sutera, yang merupakan kepanjangan dari Sehat, Unggul, Sejahtera. Itulah sebuah jargon yang menjadi jati diri kampusku. Kemudian masih terdengar suara yang lantang di depan podium,

“Sutera”
“Yes” Mahasiswa bidikmisi kembali menyambut.
“Konservasi”
“Lanjutkan” Teriak mahasiswa bidikmisi lebih lantang.

Kampusku, merupakan kampus yang pada tahun 2010 memproklamirkan diri sebagai kampus konservasi. Dengan delapan pilar, kampusku melabeli dirinya dengan kampus konservasi.

Dalam acara pengarahan itu, kami mendapat berbagai nasihat dan semangat. Di antaranya adalah nasihat dari Pak Masrukhi, beliau adalah Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Unnes.

“Sungguh kalian merupakan mahasiswa yang hebat, terpilih dari puluhan ribu yang mendaftar. Kalian adalah mahasiswa terpilih, tepuk tangan buat kalian semua”

Kata-kata itu pun di sambut dengan riuh tepuk tangan para mahasiswa bidikmisi termasuk aku. Aku larut dalam keharuan dan kegembiraan karena bisa berkumpul dalam satu acara dimana banyak pemuda yang begitu semangat. Mereka di sekelilingku adalah pemuda-pemudi pilhan bangsa. Mereka adalah generasi baru Indonesia, generasi yang diharapkan mampu memutus rantai kemisikinan yang ada. Aku lebih suka menyebut generasiku ini dengan sebutanku sendiri yaitu sebagai “Generasi Emas Indonesia”


Acara pengarahan akhirnya selesai, banyak nasihat dan informasi dari pihak Unnes yang aku dapatkan. Selain hal itu, aku pun dapatkan suatu yang sangat istimewa. Tepatnya adalah aku dapatkan deretan sebuah tulisan tangan yang ada di buku tulisku. Deretan nama-nama para mahasiwa bidikmisi fakultas ekonomi yang tadi aku mintai dan dimintakan oleh Rendra. Puluhan nama tertulis di buku itu, namaku tertera paling atas karena memang aku yang mengawali. Sejenak aku pun berfikir, kurasa belum semuanya telah menuliskan namanya di bukuku itu. Mungkin masih banyak yang belum menuliskannya, tetapi suatu saat tentu aku akan bisa mendapatkannya. Aku begitu semangat, karena mereka lah teman-teman seperjuanganku.

GORESAN HIKMAH


Pertama, bertemu dengan seorang yang seperjuangan dengan kita adalah suatu hal sangat mendamaikan hati kita. Rasa senang begitu terasa di hati, karena kita merasa tidak sendiri menjalani hal-hal yang akan kita hadapi selanjutnya.  Kita pun mampu lebih kuat karena merasa ada sosok lain yang mempunyai tujuan yang sama seperti kita. Maka temukanlah orang yang seperjuangan dengan kita, bertemanlah dengan mereka agar kita mampu lebih bersemangat jalani hidup ini.

Kedua, rasa tak percaya diri itu kadang dapat menghambat sebuah hal yang ingin  kita wujudkan. Seperti halnya diriku yang sangat minder terhadap sosok wanita kala itu, padahal aku sangat ingin mengenal para mahasiswi bidikmisi itu. Hal seperti itu hanya contoh yang kecil. Walau sebenarnya sangat sederhana, percaya diri adalah suatu kekuatan yang dapat sangat memaksimalkan kemampuan yang kita miliki. Hingga kita harus memahami, kapan waktunya kita untuk menunjukkan rasa percaya diri kita dan kapan waktunya untuk menahan rasa percaya diri kita. Supaya kita dapat memaksimalkan kemampuan diri kita dengan tepat dan diwaktu yang tepat.


0 Response to "TEMAN BARU SEPERJUANGAN - Catatan Sang Bidikmisi ke-2"

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari Blog Mas Agus JP Melalui Email Anda.