Melahirkan, Perjuangan Hebat Seorang Wanita Yang Wajib Lelaki Ketahui


Melahirkan, Perjuangan Hebat Seorang Wanita Yang Wajib Lelaki Ketahui
MELAHIRKAN, PERJUANGAN HEBAT SEORANG WANITA YANG WAJIB LELAKI KETAHUI.

Aku adalah seorang lelaki yang kebetulan suka sekali memperjuangkan sebuah keinginan. Berusaha keras melakukan banyak hal demi keinginanku tercapai. Entah seberapa banyak perjuangan yang telah kulalui hingga sampai di titik sekarang. Sudah bisa lulus kuliah di tengah keterbatasan, su bisa menikah, sudah punya usaha sendiri, dll. Hingga kadang aku merasa bangga sendiri dengan semangat yang kumiliki, aku merasa hebat dalam berjuang. Namun, semua apresiasiku terhadap diri sendiri akhirnya langsung terasa kalah telak ketika aku mendampingi istriku dalam proses melahirkan. Aku merasa semua perjuanganku selama ini dalam kehidupanku, hal itu tak berarti apa-apa dibandingkan dengan proses ia ketika akan melahirkan.

Tengah malam aku dibangunkan oleh istri, perutnya terasa sakit, keram, kontraksi dan lain sebagainya. Hingga ia tak bisa tidur. Raut muka yang begitu menahan sakit, usia kehamilannya sudah pada masa-masa HPL. Dibalik rasa sakitnya, tak jarang ia masih saja tersenyum padaku. Seolah mengisyaratkan padaku, "Aku kuat mas, aku gak papa". Sehabis subuh, baru ke bidan dan katanya baru bukaan satu. Diminta untuk melakukan keseharian seperti biasa. Istriku pun pagi hingga siang mencoba beraktifitas, namun jelas di raut wajahnya. Rasa sakit yang ia tahan, kontraksi yang datang setiap beberapa menit membuatnya mengepalkan telapak tangan.

Sore beralih malam, matahari terbenam. Sehabis magrib ternyata sudah bukaan 3, entah apa arti bukaan bukaan itu, yang kutahu itu adalah fase dimana proses kelahiran akan segera dilalui istriku. Wajahnya memucat, agak gemetar, apalagi ini adalah pengalaman pertamanya. Namun, tetap saja sesekali ia masih tersenyum padaku.

Mulai sehabis Isya', kontraksi di perutnya semakin menjadi. Rasa sakit yang terlihat jelas di raut mukanya, tak terasakan olehku namun begitu terasa menyayat di tubuhnya. Tangannya mengepal erat di genggamanku, matanya memejam berat di atas ranjang persalinan. Baru kali ini aku melihat seseorang yang begitu kesakitan seperti ini, lebih mengkhawatirkan daripada yang aku bayangkan. Pada saat itulah aku merasa menjadi orang yang tak berguna di dunia ini, dimana mengharap orang yang kucinta baik-baik saja. Namun aku tak bisa melakukan apa-apa.

Sebagai laki-laki kita hanya bisa menemani dan menyemangati, itu saja. Kita tak bisa menggantikannya, meminta sedikit rasa sakitnya, atau meminta berbagi rasa sakitnya. Tak berguna sekali memang rasanya. Hingga rasanya memang begitu bodoh dan tega bagi seorang lelaki, jika ia tak bersedia menemani istrinya dalam melahirkan.

Nyawa istri seolah dipertaruhkan, mungkin ini yang menjadikannya disebut sedang perang sabil. Benar-benar seperti bertaruh nyawa. Nafas yang panjang terengah, urat-urat tubuh yang menegang, pandangan mata yang menahan sakit dengan sabar, keringat yang terus mengucur, suaranya yang ingin berterikan namun ditahan, hingga darah yang mengalir perlahan. Sebagai lelaki jadi merasa berdosa, jika selama ini pernah memarahinya atau membuatnya bersedih. Ternyata seberat ini perjuangan untuk menjadi seorang ibu.

Setelah pukul satu dini hari, belum juga lahir. Rasa sakit yang ia rasa semakin sering terjadi, semakin ia terkuras tenaganya. Rasanya tak tega melihatnya, sedih, pedih, air mata tak bisa di tahan di pelupuk mata. Pikiran melayang kemana-mana, hanya doa dan harapan agar istriku baik-baik saja. Selamat dan bayinya segera lahir. Jam berganti jam, hingga subuh tiba belum juga lahir yang dinanti. Hingga akhirnya, istriku memberi isyarat untuk membaca Al-qur'an. Aku senang mendengarnya, mungkin ia merasa bahwa sebentar lagi akan segera lahir.

Adzan subuh berlalu, matahari sudah nampak. Rintihan istriku semakin menjadi, tangisku pecah tak bisa kutahan. Sedih, sakit, tak tega, tak kuat melihatnya. "Seberat inikah perjuangan yang harus kau hadapi?" dibalik rasa khwatir yang mendalam, begitu salut dan bangga hati ini kepada sang istri yang dengan sabar tetap berjuang di balik lelahnya semalaman. Aku bergumam dalam hati, sungguh jahat seorang suami yang tega menduakan istrinya, sungguh tak menghargai istrinya.

Pukul tujuh pagi, istriku rasanya sudah begitu lemas dan lelah. Sudah bersisa entah sesedikt apa tenaganya. Namun tak aku kira, di saat-saat itu justru ia menjadi sosok yang sangat semangat. Ia mengepal genggamannya kuat-kuat di tanganku. Nafasnya yang terengah-engah mulai fokus untuk segera menghadirkan sang buah hati yang telah lama di kandungnya. Hingga segala puji bagi Allah, seorang bayi nampak di depan mataku. Istriku nampak lega di raut mukanya. Seorang anak perempuan berhasil dihadirkannya ke dunia.

Perjuangan ini masih berlanjut, istriku masih menjalani proses penjahitan di alat kelaminnya. Lagi-lagi ia merintih menahan rasa sakit, sungguh berat rasanya menjadi seorang wanita pikirku. Sakitnya berkhitan bagi laki-laki rasanya tak sebanding dengan yang kulihat sendiri ini. Padahal dahulu aku menganggap bahwa khitan bagi laki-laki itu adalah hal yang begitu menyakitkan. Nyatanya tak ada apa-apanya dibanding proses kelahiran yang dijalani wanita.

Aku dan istri merasa bahagia, telah hadir dengan sempurna anak pertama kami. Cerita ini aku bagikan agar setiap laki-laki bisa lebih menghargai wanitanya. Tak mempermainkannya, tak mudah melukai hatinya, dan paham betapa berat perjuangannya.

Temanilah istrimu ketika akan melahirkan, jangan beralasan dengan berbagai alasan apapun. Temani perjuangan beratnya, walau hanya sekadar menemani namun mungkin itu bisa memberikan tambahan semangat padanya. Jangan beralasan takut darah, jangan beralasan sibuk kerja, jangan beralasan tak bisa libur atau cuti kerja, jangan beralasan yang bermacam-macam. Pastinya akan sakit di hati wanita, jika ia berharap di temani ketika proses kelahiran namun diri kita malah menghilang entah kemana.

Semoga kisah ini bermanfaat, dan aku tutup dengan sebuah pesan, "Jika kau ingin bisa menambah ikatan rasa setia dan rasa sayang pada istrimu, maka temanilah ia ketika akan melahirkan."

------
_________
Agus Joko Prasetyo & Chusnul Chotimah.

0 Response to "Melahirkan, Perjuangan Hebat Seorang Wanita Yang Wajib Lelaki Ketahui"

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari Blog Mas Agus JP Melalui Email Anda.